Sepanjang pagi ini,
yang saya liat di timeline twitter adalah kondisi banjir jakarta yang
semakin siang bukan semakin surut, tapi semakin chaos. Mulai pagi
berita-berita macet, jalan yang tidak bisa dilalui, dan akses yang
terputus semakin banyak. Mulai siang saya baca salah satu travel ternama
di bandung tidak beroperasi karena macetnya jakarta sudah tidak bisa
ditolelir. Semakin siang yang saya baca adalah anak-anak TK dan SD
terjebak di sekolahnya bahkan seorang anak kecil pingsan karena
kedinginan di halte bus dan tidak ada makanan disana. Miris. Semakin
siang semakin dingin, bukannya semakin panas, atau at least hangat.
Salah satu sepupu saya @mustofataufan yang bekerja di jakarta bilang
lewat twitnya "matahari pun takut keluar karena air sedang show off di
jakarta". Mungkin saking mendungnya jakarta pagi tadi. Sampai saya baca,
jokowi mengeluarkan statement kalo hari ini cuti bersama khusus warga
jakarta saking lumpuhnya lalu lintas disana. Tapi belakangan saya tau
bahwa berita itu hanya hoax. Tapi saya yakin, kantor-kantor di jakarta
banyak yang kosong karena karyawannya terjebak macet atau ngurus
rumahnya yang juga kebanjiran.
Bundaran HI. (pic from @doctaruby) |
Saya
memang tidak tinggal di jakarta. Tapi saya ikut miris. Pagi tadi
pikiran saya langsung tertuju pada teman-teman saya yang bekerja di
jakarta. Saya kirim twit untuk mereka supaya berhati-hati. Dan ternyata
mereka sudah berada di kantor. Salut! Saat kebanyakan orang masih bergelut di
jalanan yang semakin semraut, mereka sudah duduk manis siap bekerja di
kantor (ada juga yang sebenarnya hanya melanjutkan tidur. Hehe). Entah
mereka tidak terjebak macet, atau mereka sudah antisipasi dengan
berangkat lebih pagi ke kantor. Apapun yang mereka lakukan, saya bangga.
Saya belum tentu bisa seperti itu. Saat seperti itu mungkin saya panik,
lari-lari mengelilingi kamar kosan 3x4 meter. Hehe.
Sekarang,
siapa yang bisa disalahkan? Jokowi? Pengusaha-pengusaha yang terus
membangun mall tanpa pertimbangan masalah amdal? Orang-orang yang buang
sampah sembarangan? Atau mungkin kita bisa menyalahkan Farhat Abbas?
Saya juga nggak tau siapa yang bisa disalahkan. Lalu muncul pertanyaan
selanjutnya. Apa banjir jakarta ini masih bisa disembuhkan? Mengingat
hampir tiap tahun beberapa wilayah jakarta terendam banjir. Hanya saja,
tahun ini termasuk dalam kategori banjir yang besar melebihi banjir besar lainnya di tahun 2007. Teman saya @chesterdee bilang lewat twitnya "Banjir yg rutin datang, ironisnya
malah kebanyakan membuat orang lebih membiasakan diri thd penanganan
banjir drpd pencegahan banjir." Apakah warga jakarta sudah se-skeptis
itu dengan masalah banjir? Apa memang banjir di jakarta sudah tidak bisa
ditanggulangi? Atau mereka sadar diri karena kelakuan mereka sendiri?
Stasiun Sudirman (pic from @infojakarta) |
Sekarang saya bersyukur kerja di kota kecil ini. Garut. Kota yang akhir-akhir ini menjadi sorotan karena ulah bupatinya. Kota kecil yang hampir tidak pernah mengalami macet. Kecuali kalo weekend. Beberapa waktu lalu memang garut pernah hujan deras, banjir di sebagian jalan. Tapi jeda 1-2 jam banjir sudah surut. Mungkin karena garut memang nggak pernah hujan lama-lama. Itu menurut pengamatan saya. Garut memang tidak pernah hujan seharian penuh. Tidak pernah lama. Atau mungkin saya saja yang belum pernah mengalaminya. Saya bersyukur, tadi pagi saya masih bisa bangun dengan tenang tanpa dikagetkan dengan suara hujan besar disertai petir. Saya bisa pergi ke kantor seperti biasa tanpa takut terjebak macet. Dan saya bisa duduk tenang di kantor tanpa rasa takut kosan saya akan kena banjir. Alhamdulillah. Doa saya sekarang, semoga jakarta cepat 'sembuh'. May God save the Jakartans. Dan semoga bandung, kota tempat saya pulang, kota kelahiran saya, kota dimana hati saya sebenarnya berada, tidak berubah menjadi seperti jakarta. Semoga bandung tetap menjadi kota yang menyenangkan. Yang bersahabat. Yang selalu rindu untuk saya singgahi. Meskipun itu hanya seminggu sekali.